Salah satu pencapaian terbaik manusia di era teknologi saat
ini bisa dibilang adalah kemampuan menciptakan “dunia baru”. Terdengar
berlebihan, namun kenyataannya realitas maya atau yang disebut virtual reality
(VR) adalah sebuah dunia yang diciptakan manusia menggunakan teknologi.
Kira-kira tiga tahun belakangan ini diskusi mengenai virtual
reality semakin sering terdengar. Anda kini dengan mudah dapat menemukan foto
orang-orang yang menggunakan perangkat headset VR di mesin pencari Google.
Mudahnya begini, jika dahulu Anda melihat animasi atau
tayangan secara berjarak antara mata dan televisi, kini dengan headset VR Anda
bisa berada di dalam animasi atau tayangan tersebut.
Pada masa anak-anak, kita mungkin pernah membayangkan berada
di dunia imajinasi kita. Bos besar Facebook pun menuturkan hal yang sama pada
gelaran Mobile World Congress (MWC) Februari silam. “Saat berusia 11 tahun,
saya menggambar sambil membayangkan dapat berada di dunia yang saya inginkan,”
ujar Mark Zuckerberg seperti dikutip WIRED
Konsep inilah yang kemudian diyakini bahwa virtual reality
mendapat tempat spesial di industri hiburan khususnya game. Porsi pengembangan
teknologi ini pun disebut lebih besar di industri game. Lantas, bagaimana
perkembangan virtual reality ke depan dan seberapa asyik bermain game dengan
perangkat VR? Simak ulasan The Daily Oktagon.
Persaingan Terbaru Setelah Smartphone
Berdasarkan laporan dari firma riset Manatt Digital Media,
ada banyak perusahaan di bidang teknologi yang berinvestasi di pengembangan
teknologi VR. Mulai dari Facebook dengan Oculus Rift, Google dengan Google
Cardboard dan Daydream, Microsoft dengan HoloLens.
HTC yang kurang terdengar kabar perangkat smartphone-nya pun
berinvestasi lewat HTC Vive. Lalu ada Samsung yang tetap merilis smartphone
sembari membundling perangkatnya dengan Samsung Gear VR.
Tidak mau ketinggalan dari pemain industri konsole game Sony
Playstation juga berinovasi lewat Playstation VR.
“Virtual reality menghadirkan pengalaman terbaru di bidang
teknologi. Anda tidak lagi pasif, ada banyak pilihan interaksi di dalam konten
virtual reality. Jadi teknologi inimasih sangat bisa dieksplor lebih jauh,”
jelas Seto Anggoro, Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia.
Simak perkembangan teknologi VR terbaru lainnya di sini
Seto juga menjelaskan bisnis virtual reality bukan hanya
sekadar diperangkat tetapi konten pun termasuk di dalamnya. Alhasil banyak dari
vendor yang tidak berinvestasi di tulang punggung atau platform virtual reality
namun menciptakan alat untuk menghasilkan kontennya. Misalnya lewat kamera 360
derajat.
Samsung memiliki Samsung Gear 360, LG pun serupa dengan LG
360 Cam. Pemain lama di industri kamera seperti Ricoh pun ikut ambil bagian
dengan merilis Ricoh Theta 360. Di belakangnya, ada Kodak dengan PIXPRO SP360
4K.
Kalau dirangkum, jadi ada banyak stakeholder yang mendukung
virtual reality terus berkembang. Pertama, pengembang teknologi atau platform
virtual reality. Kedua ada vendor penyedia perangkat untuk menciptakan konten
dan menikmati virtual reality.
“Karena virtual reality itu menawarkan pengalaman baru
dengan indra penglihatan maka menurut saya pengembangan virtual reality akan di
arahkan ke pengalaman hiburan, misalnya video atau film dan gameyang dirasa
sangat pas konsepnya,” ungkap Seto.
Revousi Industri Game
Berada di dalam sebuah dunia yang di dalamnya kita bisa
melakukan apa saja. Konsep tersebut menurut Donna Visca, perempuan yang
berprofesi sebagai profesional gamer dan atlet e-sport ini sudah tertanam di
setiap pecinta game.
“Kalau main game biasanya kita hanya diam depan monitor atau
televisi dan yang gerak hanya jari atau tangan kita sedangkan kalau menggunakan
VR bisa terbayang betapa serunya main game. Game tersebut jadi seperti nyata!”
ujar Donna dengan sangat antusias.
Perangkat virtual reality (VR) bekerja dengan mengandalkan
sensor yang akan membaca gerak tubuh untuk kemudian diterjemahkan ke dalam
karakter Anda di dunia game. Prinsipnya, semakin banyak sensor yang dimiliki
oleh perangkat VR maka interaksi Anda di game tersebut akan semakin banyak dan
semakin nyata.
Pertama sensor head tracking atau pergerakan kepala. Kedua
sensor gerak tubuh atau motion tracking. Lalu yang masih terbilang canggih dan
jarang ditemui pada kanyakan perangkat VR untuk gaming adalah sensor eye
tracking serta jaket yang membuat tubuh kita merasakan apa yang dialami oleh
karakter di dalam game, misalnya menerima pukulan atau benturan.
Smartphone pun tak mau kalah mengadaptasi VR. Simak di
artikel ini
Menurut Donna, penggunaan perangkat VR untuk bermain masih
terbilang mewah sebab harganya yang masih sangat mahal. Anda bisa bayangkan
berapa harganya jika seorang gamer atau atlet e-sport profesional yang terbiasa
membeli perangkat gaming (yang umumnya mahal) saja masih menganggap perangkat
VR tersebut mahal.
“Di kalangan gamer Indonesia sih belum terlalu populer sebab
masih sedikit konten game yang bisa dimainkan dengan VR. Jadi masih bahan
obrolan saja,” ungkapnya.
Sejauh ini implementasi perangkat VR untuk gaming yang
terbilang matang baru dihadirkan oleh Virtuix Omni dengan Anda bisa berlari di
atas alat semacam treadmill yang akan membaca gerak tubuh Anda.
Baik Seto maupun Donna sendiri tidak ambil pusing dengan
harga perangkat VR khususnya gaming yang terbilang masih mahal. Dengan adanya
persaingan tiap vendor dalam menciptakan perangkat VR maka harga banderolnya
juga bisa ditekan semurah mungkin untuk konsumen.
created by : Larasras
11 komentar
Bagusan sekali guysss
BalasHapusSangat bermanfaat infonya:)
BalasHapusSangat bermanfaat 😊
BalasHapusWah bagus ni bagus untuk perkembangan teknologi masa kini
BalasHapusBagus artikelnya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIni nih yang saya tunggu.. VR, jdi pengen beli :D.. mantap
BalasHapusBagus sekali infonya
BalasHapusBagus sekali infonya
BalasHapusMantapp mantappp
BalasHapusNice infoo 👍👍
BalasHapus